About

Profile Information
Terlalu subjektif mungkin ketika saya harus menuliskan tentang diri saya. Bagaimana tidak, pencitraan dibangun oleh saya pribadi. Dan kecenderungan umum yang ada adalah pencitraan yang sengaja atau tidak sengaja dimunculkan dengan kesan yang baik. Jadi bisa saja pencitraan ini merupakan iktikad diri untuk menonjolkan kelebihan, dalam artian sisi positif yang saya miliki.
Okelah, sebelum kita beranjak jauh, ada pentingnya saya memperkenalkan diri. Saya Adi Dzikrullah Bahri. Mahasiswa aktif di Fakultas Kehutanan IPB, tepatnya semester 8. Hari-hari saya bisa dikatakan dipenuhi dengan aktivitas yang menunjang terhadap keilmuan yang sedang saya tempuh.

Saya terlahir dari ibu yang sangat istimewa, Siti Rahmah. Sosok ibu yang sangat sabar dalam mendidik anak-anaknya. Saiful Bahri, adalah sosok ayah yang setia dan tegas dalam mengajarkan hidup. Dia mengajarkan anak-anaknya bagaimana memperlakukan wanita secara terhormat.

Dari kecil saya telah diajarkan untuk suka membaca. Ya membaca adalah kekuatan utama pertama yang saya terima. Dari sosok hangat ayah dan ibu itulah saya mengenal beberapa tulisan dan pemikiran para tokoh. Basis santri cukup menjadi bekal hidup saya dalam mengambil keputusan, ijtihat ringan dalam hidup saya. Didukung oleh kakak-kakak dan adek saya yang setia dalam mewarnai hidup. Amhilhum Ruwaida, mengajarkan saya bagaimana menghargai seseorang. Di sosok mbak yang kuat. Dilahirkan sebagai anak pertama, mampu memberikan contoh kepada adek-adeknya.

Anang Hudallah, mengajarkan saya untuk bekerja keras. Hidup mandiri itulah pesan yang selalu diberikan kepada saya. Sosok mas yang sabar dalam menghadapi berbagai gejolak hidup. Dia mampu, keluar dari kungkungan kemewahan untuk hidup sederhana.

Rikza Saifullah, inilah kakak dan sekaligus mas yang paling dekat. Banyak hal yang saya dapat darinya. Khususnya dalam membangun, menjaga, dan mewujudkan mimpi. Dia hidup tegar. Meskipun badai menerpanya.

Imas Rubaiyah, sosok adek yang saya sayangi. Dia lucu, imut, dan tentunya mampu menjadi teman ketika suasana sedih dan senang sedang menyelimutiku. Dia mengajarkan bagaimana mampu menghargai dan menyayangi sesama.

Wahyu Nur Hidayat, inilah teman SMP hingga SMA yang bersedia mendengarkan keluh kesah saya. Dia sangat menjunjung persahabatan. Tidak ada batasan dalam berkarya. Dia mampu mengajarkan saya tentang persahabatan.

Semenjak saya menjadi musyafir di Bogor, Wira Ary Ardana-lah yang mampu menjadi teman becanda. Dia mengajarkan tentang makna pergerakan. Dia seringkali menegor tentang pentingnya kita membangun kepercayaan untuk bisa tampil. Ya untuk keberpihakan pada masyarakat kecil. Dia orang pertama di Bogor ini yang mengajarkan pada saya tentang kerja keras dalam belajar.

Arifin, teman yang mengajarkan saya tentang percaya diri. Dialah teman diskusi saya. Pun ada Alex Yungan yang mengajarkan tentang sikap tegas dalam berargumen. Anggiana Ginanjar, belakangan dia menjadi teman diskusi yang hangat. Rizki Mohfar dan Dikdik Sodiikin, mampu membuka pikiran bahwa disamping ruang substansi, ruang efektif juga harus dijalankan. Rizki Habibi, melalui Tim Futsal Fakultas Kehutanan dia mengajarkan saya tentang semangat. Itulah semua teman-teman dekat saya.

Universal Activities
Tidak telalu berlebihan hari-hari saya habis untuk belajar. Baik di bangku kuliah dan di luar bangku kuliah. Banyak sekali SKS (kredit) yang saya habiskan di luar kuliah. Teman-teman sering menyebutnya SKS jalanan. Kuliah, membaca, diskusi, dan menulis menjadi rutinitas saya.